PENDAHULUAN
Adapun Simalungun adalah suku Batak dari kelima Batak yang ada di Sumatera Utara . Simalungun artinya "sunyi" nama itu di berikan oleh orang luar karena penduduknya sangat jarang dan tempatnya sangat berjauhan antara yang satu dengan yang lain. Orang Batak Toba menyebutnya "BALUNGU" sedangkan orang Karo menyebutnya Batak Timur karena bertempat di sebelah Timur mereka.
Penduduk Simalungun bagian Timur pada umumnya sudah banyak menganut agama Islam sedangkan Simalungun Barat menganut Animesme. Bila di selidiki lebih dalam kepercayaan mereka dengan pemakaian mantera-mantera yang dari "Datu" yang untuk di persembahkan kepada roh-roh nenek moyang selalu di dahului panggilan kepada Allah diatas, Allah ditengah, Allah dibawah. Sistem pemerintahan di Simalungun di pimpin oleh seorang Raja, sebelum pemberitaan injil masuk Tuan Rajalah yang sangat berpengaruh. Orang Simalungun menganggap bahwa anak Raja itulah Tuhan dan Raja itu sendiri adalah Allah yang kelihatan.
Sistem mata pencaharian orang Simalungun yaitu bercocok tanam dengan jagung, karena padi adalah makanan pokok sehari-hari dan jagung adalah makanan tambahan jika hasil padi tidak mencukupi. Jual- beli di adakan dengan barter, bahasa yang di pakai adalah bahasa dialek (sendir). "Marga" memegang peranan penting dalam soal adat Simalungun. Jika di bandingkan dengan keadaan Simalungun dengan Batak yang lainnya sudah jauh berbeda, di Tapanuli sudah berdiri sekolah-sekolah, Rumah sakit, dan sekolah-sekolah keterampilan lainnya sehingga sistem kehidupan Tapanuli lebih maju.
Masuknya Injil dan Berdirinya GKPS
September 1903 masuknya injil Tuhan Yesus Kristus di Simalungun dan Pendeta yang membawanya ke Simalungun adalah Pendeta.DR. L . Nomensen sebagai kepala pemberita injil di tanah Batak.
Januari 1904 di mulialah Zending Simalungun yang bertempat tinggal di Pematang Raya dan Pdt. Guilllaume berada di Purba saribu untuk melayani pemberitaan injil di Simalungun Raya di bagian Barat. Sebagai hasil pertama dari pemberitaan injil di Simalungun baru pada tahun 1909 di Pematang Raya menerima permandian suci (Pandidion na parlobei) oleh Pdt. Theis kemudian di Parapat juga ada 38 orang yang menerima permandian suci.
1 September 1928 di adakan di Pematangan Raya pesta peringatan genap 25 tahun pemberitaan injil di Simalungun, dan atas kesepakatan dari beberapa Guru dan Sintua maka di bentuklah sebuak komite. Komite ini bertugas untuk membuat agenda Gereja, buku nyanyian "HALLELUYA", Bibel dan sebuah buku renungan harian "Manna". Pdt yang pertama dari Simalungun yaitu Pdt. J. Wismar Saragih.
15 November di bentuklah kongsi Laita di Sondiraya. Laita artinya ayo kita pergi. Kongsi ini merupakan suatu badan yang di gerakkan anggota jemaat Pematang Raya yanng bertujuan untuk mengajak umat Kristen untuk memberitakan injil dan menyaksikan nama Tuhan Yesus Kristus pada orang Simalungun dan tahun1938 di adakan Fonds saksi Kristus.
Simalungun menjadi 1 Distrik di Dalam HKBP
26 September 1940 maka jemaat Simalungun berkembang menjadi satu Distrik di dalam HKBP.
Distrik Simalungun HKBP Simalungun
5 Oktober 1952 anggota Synode Distrik Simalungun bersidang agar Simalungun berdiri sendiri terpisah dari HKBP, serta mengangkat pengurus harian dan majelis Gereja di HKBPS.
30 November 1952, untuk memudahkan urusan Gereja ini HKBPS di bagi menjadi tiga Distrik dan Kantor pusat GKPS didirikan di Pematang Siantar. Kantor pusat bermula menumpang dalam satu rumah sewa di Jalan Pantuan Nagari Martoba Pematang Siantar dan setelah mendapat sebidang tanah di Jalan Sudirman maka Kantor pusat HKBPS berdiri sendiri.
HKBP Simalungun menjadi GKPS
1 September 1963 HKBP Simalungun berganti nama dengan GKPS. Setahun setelah itu didirikan pusat pendidikan GKPS di Pematang Raya dan pembangunan Asrama Putra dan Putri dan tahun itu juga GKPS menjadi anggota PGI.
GKPS Menjalin Kerjasama Luar Negeri
15 Januari 1964 GKPS mendirikan pusat pelatihan pertanian di Pematanng Siantar (PELPEM GKPS) dan satu tahun kemudian GKPS menjadi anggota wilayah PGI-WILAYAH SUMUT dan anggota LWF, ELCA, dan menjalin kerja sama dengan DGD, LCA (Australia) dan berkembang CCA. Karena semakin berkembangnya jemaat GKPS didirikanlah Kantor pusat/kursus Zentrum GKPS dan mulai menjalin kerja sama dengan Gereja Mulheim Jerman.
Penutup
Behubungan dengan lokasi Kantor pusat GKPS yang ada di Jalan Sudirman sangat sempit dan suasana Kantor tersebut yang berketepatan dekat dengan Jalan raya sehingga para pegawai sulit dalam mengkonsetrasikan pekerjaannya. Atas pertimbangan hal tersebut di atas maka tanggal 4 September 1988 di dirikanlah penngembangan Kantor pusat GKPS Pematang Siantar, dan pada tanggal 2 Maret 1992 Kantor pusat GKPS berpindah ke Jalan Pdt. J.Wismar Saragih hingga sekarang.[HTTP://GKPS.or.id]
Selasa, 18 November 2008
Senin, 17 November 2008
PARAWISATA DAN PETANI BAWANG MERAH
1. Parawisata...........Danau Toba adalah sebuah daerah Parawisata yang sangat terkenal, di Nusantara, maupun di seluruh dunia Parawisata. akan tetapi Prasarana, pelayanan di daerah Prawisata Danau Toba kurang diperhatikan oleh Pemerintah Daerah maupun masyarakat sekitarnya, akibatnya kurang diminati oleh touris Domestik maupun International.
2. Bawang Merah........Adalah suatau jenis tanaman Rakyat yang paling subur di Tepian Danau Toba. Akan tetapi setelah 5 ( lima ) 10 tahun belakangan, akibat suatu jenis hama atau Virus tanaman tersebut, maka Penduduk pinggiran Danau Toba tidak menanam bawang Merah yang terkenal pedas itu.
Kehidupan Penduduk terutama Petani Dipinggiran Danau Toba.
1. Parawisata...hanya ada di daerah yang dapat dilalui oleh Kenderaan Darat, Laut....Contohnya. Prapat, Haranggaol, Tomok dll.
2.Nelayan ....sebagian, karena Ikan mujahir di Perairan Danau Toba sudah sangat sedikit,yang paling banyak sekrang adalah ikan haporas, yang nilai konsumsi masyarakat sangat minim.
3.Pertanian...Sebagian sudah beralih kepada Pertanian Kopi Ateng ( Sigalar Utang ). Ini memang agak membantu. Tapi dengan harga Kopi sekarang ini akibat Krisis Global juga..terpengaruh.
Solusi.
Seandainya para IR Pertanian yang dari Perguruan tinggi, mencurahkan Hati dan fikirannya kepada Kepedulian terhadap para Petani Bawang Merah/ Putih dimana sebelumnya menjadi salah satu Centra Produksi Bawang di Daerah Sumatra Utara maupun sampai Export ke Jawa.
Meneliti apa kira-kira penyebab tidak tumbuhnya lagi Bawang Merah / Putih di daerah pinggiran Danau Toba, perlu penelitian secara ilmiah.
2. Bawang Merah........Adalah suatau jenis tanaman Rakyat yang paling subur di Tepian Danau Toba. Akan tetapi setelah 5 ( lima ) 10 tahun belakangan, akibat suatu jenis hama atau Virus tanaman tersebut, maka Penduduk pinggiran Danau Toba tidak menanam bawang Merah yang terkenal pedas itu.
Kehidupan Penduduk terutama Petani Dipinggiran Danau Toba.
1. Parawisata...hanya ada di daerah yang dapat dilalui oleh Kenderaan Darat, Laut....Contohnya. Prapat, Haranggaol, Tomok dll.
2.Nelayan ....sebagian, karena Ikan mujahir di Perairan Danau Toba sudah sangat sedikit,yang paling banyak sekrang adalah ikan haporas, yang nilai konsumsi masyarakat sangat minim.
3.Pertanian...Sebagian sudah beralih kepada Pertanian Kopi Ateng ( Sigalar Utang ). Ini memang agak membantu. Tapi dengan harga Kopi sekarang ini akibat Krisis Global juga..terpengaruh.
Solusi.
Seandainya para IR Pertanian yang dari Perguruan tinggi, mencurahkan Hati dan fikirannya kepada Kepedulian terhadap para Petani Bawang Merah/ Putih dimana sebelumnya menjadi salah satu Centra Produksi Bawang di Daerah Sumatra Utara maupun sampai Export ke Jawa.
Meneliti apa kira-kira penyebab tidak tumbuhnya lagi Bawang Merah / Putih di daerah pinggiran Danau Toba, perlu penelitian secara ilmiah.
Langganan:
Postingan (Atom)